Di era media sosial yang dinamis ini, penampilan fisik menjadi fokus utama, terutama bagi Generasi Z yang tumbuh dengan Instagram, TikTok, dan platform digital lainnya. Mereka sering merasa tertekan untuk mempertahankan penampilan yang sempurna. Salah satu tren yang semakin berkembang di kalangan mereka adalah suntik filler dan botox.
Menurut dr. Lanny Juniarti, Dipl.AAAM, media sosial berperan penting dalam membentuk standar kecantikan di kalangan generasi muda. Informasi mengenai prosedur kecantikan mudah diakses melalui platform ini. Namun demikian, cara informasi ini dipahami sering kali tidak tepat, yang kemudian menimbulkan harapan yang tidak realistis terhadap penampilan diri.
"Sosial media sangat berperan. Belum tentu apa yang dia inginkan menjadi kebutuhannya. Peran dokter di sini sangat besar untuk memberikan edukasi tentang kebutuhan pasien," ungkap dr. Lanny dikutip detik.com, Senin (10/6/2024).
"Kita sebagai dokter harus memberitahu pasien bahwa melakukan prosedur kecantikan bukan untuk mengubah diri mereka sepenuhnya. Kita hanya memperbaiki fitur wajah, meningkatkan penampilan, dan membenahi bagian yang asimetris," tambah dokter pendiri Miracle Aesthetic Clinic itu.
dr. Lanny menyatakan bahwa untuk usia remaja hingga awal 20-an, perawatan kecantikan yang tepat seharusnya difokuskan pada meningkatkan kualitas kulit.
"Remaja biasanya punya masalah jerawat. Perawatan kulitnya kita sesuaikan dengan usia, problem, dan jenis kulit. Biasanya fokusnya pada kualitas kulit," jelasnya.
Untuk filler, dr. Lanny mencatat bahwa meskipun prosedur ini dapat dilakukan pada usia 17 tahun, pendampingan orangtua tetap diperlukan. "Usia 17 tahun secara psikologis sudah lebih stabil. Tapi tetap harus didampingi orang tua. Filler juga termasuk kategori non-invasif sehingga aman. Untuk Gen Z, bisa melakukan sedikit filler di area hidung atau bibir," tambahnya.
dr. Lanny menegaskan bahwa dia hanya akan melakukan prosedur filler pada pasien muda jika memang dibutuhkan secara medis. "Tidak semua keinginan pasien langsung kita turuti. Setidaknya mereka harus tahu dulu tentang filler supaya tidak memiliki ekspektasi berlebihan," jelas dr. Lanny.
Dalam konteks ini, dr. Lanny menyoroti pentingnya peran dokter dalam memberikan edukasi yang akurat mengenai prosedur kecantikan kepada generasi muda. Ia menekankan bahwa pemahaman yang baik akan membantu pasien membuat keputusan yang lebih cerdas terkait penampilan mereka, sehingga tidak terjebak dalam standar kecantikan yang tidak realistis.
Dengan meningkatnya popularitas suntik filler di kalangan Gen Z, penting bagi para praktisi kecantikan untuk terus menyediakan informasi yang benar dan seimbang, yang dapat membantu menjaga keamanan dan tanggung jawab dalam melakukan prosedur kecantikan.
© Copyright 2024 Bawara Jabar - All Rights Reserved